Do'akan Kebaikan bagi Para Pemimpin
Ketaatan pada pemimpin, salah satu prinsip penting aqidah Ahlus Sunnah
Ketika menjelaskan prinsip-prinsip pokok aqidah ahlus sunnah wal jama'ah, ImamAbu Ja'far Ath-Thahawirahimahullah(wafat tahun 321H)berkatadalam kitab beliau,Al-'Aqidah Ath-Thahawiyyah,
وَلَا نَرَى الْخُرُوجَ عَلَى أَئِمَّتِنَا وَوُلَاةِ أُمُورِنَا
"Dan kami (ahlus sunnah) tidak berpendapat (bolehnya) keluar (memberontak) dari pemimpin dan penguasa kami (yaitukaum muslimin, pen.)".
Ini adalah salah satu prinsip aqidah ahlus sunnah, yaitu tidak boleh keluar (memberontak) dari penguasadan pemerintahkaum muslimin. AllahTa'alaberfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu."(QS. An-Nisa [4]: 59)
Nabishallallahu 'alaihi wa sallambersabda,
وَمَنْ يُطِعِ الأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ يَعْصِ الأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي
"Dan barangsiapa yang menaati pemimpin, maka sungguh dia telah menaatiku.Dan barangsiapa yang durhaka kepada pemimpin, maka dia telah durhaka kepadaku."(HR. Bukhari no. 2957 dan Muslim no. 1835)
Oleh karena itu, tidak boleh durhaka (memberontak) kepada mereka, meskipun mereka adalah pemimpin yang jahat atau zalimsekalipun.
Bersabar, itu yang utama
ImamAbu Ja'far Ath-Thahawirahimahullahmelanjutkanprinsip aqidah ahlus sunnah berikutnya,
وإن جاروا
"Meskipunmereka (pemimpin)itu(berbuat)zalim."
Maksudnya, meskipun pemimpin itu zalim dan melampaui batas, misalnya dengan mengambil harta atau membunuh kaum muslimin, maka ahlus sunnah tidaklah berpendapat bolehnya keluar dari ketaatan kepada mereka. Hal ini berdasarkan perintahtegas dariNabishallallahu 'alaihi wa sallamkepada sahabat Hudzaifah bin Al-Yamanradhiyallahu 'anhu,
تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ، وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ
"Engkau mendengar dan Engkau menaati pemimpinmu. Meskipunhartamudiambildan punggungmu dipukul.Dengarlah dan taatilah (pemimpinmu)"(HR. Muslim no. 1847).
MakaRasulullahshallallahu 'alaihi wa sallammemerintahkan kita untuk bersabar, bukanmemberontakmengangkat senjata atau melakukan demonstrasi. Karena dengan memberontakdan demonstrasi,akan menimbulkan(lebih)banyak kerusakan. Inilah aqidah ahlus sunnah, yaitu senantiasa menimbang dengan mengambil bahaya yang lebih ringan dibandingkan dua bahaya yang ada.
Janganlah mendokan mereka dengan kejelekan
ImamAbu Ja'far Ath-Thahawirahimahullahmelanjutkan lagiprinsip-prinsip aqidah ahlus sunnah,
ولا ندعوا عَلَيْهِمْ
"Dan tidak mendoakan kejelekan bagi mereka(pemimpin atau pemerintah)."
Makajelaslah bahwaaqidah ahlus sunnah menyatakan, tidak boleh mendoakan kejelekan bagi pemimpinatau pemerintah,tidak bolehmenghujatnya, menjelek-jelekkannya di muka umum, dan sebagainya. Karena pada hakikatnya, hal ini sama halnya dengan durhaka dan memberontak secara fisik.Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzanhafidzahullahmengatakan,
"Tidak boleh mendoakankejelekanbagi pemimpin. Karena ini adalah pemberontakan secara abstrak, semisaldengan memberontak kepada mereka dengan menggunakan senjata (pemberontakan secara fisik, pen.). Yang mendorongnya untuk mendoakan jelek bagi penguasa adalah karena dia tidak mengakui (menerima) kekuasaannya.Maka kewajiban kita(rakyat)adalah mendoakan pemimpin dalam kebaikan dan agar mereka mendapatkan petunjuk, bukan mendoakan jelek mereka.Maka ini adalahsalah satu prinsipdi antaraprinsip-prinsipaqidah ahlus sunnah wal jama'ah.Jika Engkau melihat seseorang yang mendoakan jelek untuk pemimpin, maka ketahuilah bahwa aqidahnya telah rusak, dan dia tidak di atas manhaj salaf.Sebagian orang menganggap hal ini sebagai bagian dari rasa marah dan kecemburuan karena Allah Ta'ala, akan tetapi hal ini adalah rasa marah dan cemburu yang tidak pada tempatnya. Karena jika mereka lengser, maka akan timbul kerusakan (yang lebih besar, pen.)."(At-Ta'liqat Al-Mukhtasharah,hal. 171)
Imam Fudhail bin 'Iyadhrahimahullahberkata,
لو أني أعلم أن لي دعوة مستجابة لصرفتها للسلطان
"Seandainya aku tahu bahwa aku memiliki doa yang mustajab(yang dikabulkan),maka aku akangunakan untukmendoakan penguasa."
Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzanhafidzahullahberkata,
"Maka orang-orang yang mendoakan jelek pemimpin kaum muslimin, maka dia tidaklah berada di atas madzhab ahlus sunnah wal jama'ah.Demikian pula, orang-orang yang tidak mendoakan kebaikan bagi pemimpinnya, maka ini adalah tanda bahwa mereka telah menyimpang dari aqidah ahlus sunnah wal jama'ah."(At-Ta'liqat Al-Mukhtasharah,hal. 172).
Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzanhafidzahullahjuga berkata,
"Maka kesemburuan bukanlah dengan mendoakan kejelekan atas pemerintah, meskipun Engkau menghendaki kebaikan.Maka doakanlah bagi mereka agar mendapatkan kebaikan. Allah Ta'ala Maha Kuasa untuk memberikan hidayah kepada mereka dan mengembalikan mereka kepada jalan yang benar.Maka Engkau, apakah Engkau berputus asa dari (turunnya) hidayah untuk mereka? Ini adalah berputus asa dari rahmat Allah."(At-Ta'liqat Al-Mukhtasharah,hal. 173).
Selain berdoa, apalagi yang harus kita lakukan (sebagai rakyat)?
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albanirahimahullahberkata ketika memberikan komentar terhadap kitabAl-'Aqidah Ath-Thahawiyyah,
وفي هذا بيان لطريق الخلاص من ظلم الحكام الذين هم" من جلدتنا ويتكلمون بألسنتنا" وهو أن يتوب المسلمون إلى ربهم ويصححوا عقيدتهم ويربوا أنفسهم وأهليهم على الإسلام الصحيح تحقيقا لقوله تعالى: (إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم) [الرعد: 11] وإلى ذلك أشار أحد الدعاة المعاصرين(اا) بقوله: " أقيموا دولة الإسلام في قلوبكم تقم لكم على أرضكم". وليس طريق الخلاص ما يتوهم بعض الناس وهو الثورة بالسلاح على الحكام. بواسطة الانقلابات العسكرية فإنها مع كونها من بدع العصر الحاضر فهي مخالفة لنصوص الشريعة التي منها الأمر بتغيير ما بالأنفس وكذلك فلا بد من إصلاح القاعدة لتأسيس البناء عليها(ولينصرن الله من ينصره إن الله لقوي عزيز) [الحج: 40]
"Maka poin ini merupakan penjelasan (tentang) jalan keluar dari kedzaliman penguasa, yang mereka itu pada hakikatnya adalah berasal dari kulit-kulit kita dan berbicara dengan bahasa kita (maksudnya, pemimpin itu pada hakikatnya berasal dari rakyat, pen.), yaituhendaknya kaum muslimin bertaubat kepada Allah dan memperbaiki aqidahnya, dan mendidik dirinya sendiri dan keluarganya di atas agama Islam yang shahih.Hal ini untuk mewujudkan firman Allah Ta'ala yang artinya,"Sesungguhnya Allah tidaklah mengubah suatu kaum, sampai mereka mengubah diri mereka sendiri."(QS. Ar-Ra'du [13]: 11)
Atas dasar ini, salah seorang juru dakwah di zaman ini mengisyaratkan dalam sebuah perkataannya,"Tegakkanlah negara (daulah) Islam dalam diri (dada) kalian, niscaya akan tegak (daulah Islam) di negeri kalian."Dan bukanlah jalan untuk keluar dari kedzaliamn penguasa adalah memberontak kepada penguasa, dengan jalan kudeta (militer). Maka hal ini di samping bid'ah pada zaman ini, juga merupakan tindakan yang menyelisihi dalil-dalil syari'at, yang di antaranya memerintahkan untuk memperbaiki (mengubah) diri sendiri (terlebih dahulu). Demikian pula, wajib untuk memperbaiki pondasi kaidah agar kuatlah bangunan di atasnya. (AllahTa'alaberfirman yang artinya),"Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa."(QS. Al-Hajj [22]: 40)" (Takhrij Al-'Aqidah Ath-Thahawiyyah,hal. 69)
Semoga AllahTa'alasenantiasa memberikan hidayah-Nya kepada pemimpin dan pemerintah kaum muslimin.
Referensi:
1)At-Ta'liqatAl-Mukhtasharah 'ala Matni Al-'Aqidah Ath-Thahawiyyah,karya Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, cetakan pertama, Daarul 'Ashimah, tahun 1422.
2)Al-'Aqidah Ath-Thahawiyyah,Abu Ja'far Ath-Thahawi,syarh wa ta'liq:Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albanirahimahullah,cetakan ke dua, Al-Maktab Al-Islami, tahun 1414 (Maktabah Asy-Syamilah)
Sumber:muslim.or.id