Luangkan Waktu Untuk Anak-anak

Awalnya Bekerja Demi Anak
Bukan hal tabu lagi jika seorang ayah sering pulang larut malam karena harus lembur kerja demi mendapat uang tambahan. Hal tersebut dilakukan semata-mata demi keluarga, demi anak yang semakin hari beranjak dewasa. Seiring berjalannya waktu, kebutuhan anak juga akan semakin banyak.
Awalnya hanya butuh susu dan popok, kini berubah menjadi kebutuhan baju, uang jajan, biaya sekolah, dan lain sebagainya. Sayangnya di lain sisi, anak akan merasa terabaikan, ia merasa kesepian di rumah karena hanya ditemani oleh bunda. Canda tawa yang dulu selalu menemani malam sang anak, kini seolah sirna. Jelas saja anak merasa rindu pada ayahnya, dan ironisnya rasa rindu tersebut akan tergantikan dengan uang. Uang dan benda-benda lain yang anak inginkanlah yang bisa ayah berikan sebagai pengganti ayah di rumah. Padahal, kasih sayang seorang ayah tidak akan bisa tergantikan dengan apa pun termasuk uang.
Kan ada bundanya?
Mungkin itu terlintas di benak ayah. Jika memang anak cukup hanya dengan ibunya di rumah, maka pernahkah ayah melihat seorang anak yatim tidak merindukan kehadiran ayahnya?
Ingat, ayah dan bunda memiliki porsi masing-masing. Kasih sayang keduanya tidak bisa diwakilkan dan tidak bisa dibolak-balik.
Contoh Sunnah Nabi dalam Meluangkan Waktu untuk Keluarga
Pertama: Membangunkan pasangan untuk shalat malam
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ، وَرَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ
"Semoga Allah merahmati seorang pria yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan istrinya lalu si istri mengerjakan shalat. Bila istrinya enggan untuk bangun, ia percikkan air di wajah istrinya. Semoga Allah merahmati seorang wanita yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan suami lalu si suami mengerjakan shalat. Bila suaminya enggan untuk bangun, ia percikkan air di wajah suaminya." (HR. Abu Daud, no. 1450; An-Nasai, no. 1610; Ahmad, 2:250. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib 625).
Kedua: Rasul masih sempat menemani Aisyah mendapatkan hiburan
'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata,
لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَوْمًا عَلَى بَابِ حُجْرَتِى ، وَالْحَبَشَةُ يَلْعَبُونَ فِى الْمَسْجِدِ وَرَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَسْتُرُنِى بِرِدَائِهِ
"Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada suatu hari berada di pintu kamarku. Saat itu anak-anak Habasyah (dari Ethiopia) sedang bermain (perang-perangan) di masjid dan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam menutup-nutupi dengan kain rida'nya (selendangnya) ketika aku melihat bagaimana mereka bermain." (HR. Bukhari, no. 454 dan Muslim, no. 892, 17)
Ketiga: Rasul saling berlomba lari dengan Aisyah
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau menceritakan bahwa,
أَنَّهَا كَانَتْ مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَفَرٍ قَالَتْ فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقْتُهُ عَلَى رِجْلَىَّ فَلَمَّا حَمَلْتُ اللَّحْمَ سَابَقْتُهُ فَسَبَقَنِى فَقَالَ « هَذِهِ بِتِلْكَ السَّبْقَةِ ».
Ia pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam safar. 'Aisyah lantas berlomba lari bersama beliau dan ia mengalahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Tatkala 'Aisyah sudah bertambah gemuk, ia berlomba lari lagi bersama Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, namun kala itu ia kalah. Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ini balasan untuk kekalahanku dahulu." (HR. Abu Daud, no. 2578; Ibnu Majah, no. 1979; dan Ahmad, 6:264. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
Keempat: Sempatkan mencium anak
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata,
قَبَّلَ النَّبِىّ صلى الله عليه وسلم الْحَسَنَ بْنَ عَلِىٍّ ، وَعِنْدَهُ الأقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِىُّ جَالِسًا ، فَقَالَ الأقْرَعُ : إِنَّ لِى عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا ، فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، ثُمَّ قَالَ : مَنْ لا يَرْحَمُ لا يُرْحَمُ
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mencium Al-Hasan bin 'Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqra' bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqra' berkata, 'Aku punya sepuluh orang anak, tidak seorang pun dari mereka yang pernah kucium.' Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun melihat kepada Al-'Aqra' lalu beliau berkata, "Barangsiapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi."(HR. Bukhari, no. 5997 dan Muslim, no. 2318)
Dalam kisah yang sama dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata,
جَاءَ أَعْرَابِى إِلَى النَّبِى صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : تُقَبِّلُونَ الصِّبْيَانَ ، فَمَا نُقَبِّلُهُمْ ، فَقَالَ النَّبِى صلى الله عليه وسلم أَوَأَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ
"Seorang arab badui datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata, 'Apakah kalian mencium anak laki-laki?' Mereka menjawab, "Kami tidak mencium mereka". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, 'Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa sayang dari hatimu.'" (HR. Bukhari, no 5998 dan Muslim, no 2317)
Berusaha Membagi Waktu untuk Diri Sendiri, Keluarga, dan Ibadah
Dari Abu Juhaifah Wahb bin 'Abdullah berkata,

Aceh Dirundung Duka, Dua Ulama Kharismatik Meninggal Dunia

Ibu Profesional Aceh Gelar Pelatihan Public Speaking

Nikmat Sehat dan Waktu Luang

Jangan Mendo'akan Keburukan Terhadap Anak

Anjuran Bagi Anak-anak Untuk Tidur di Awal Malam
