Pertamax Naik, Kado Pahit Menjelang Kemerdekaan

datanews.id - Naik naik BBM naik, tinggi tinggi sekali...
Menjelang HUT Kemerdekaan RI tahun ini, masyarakat Indonesia diberi kado pahit dengan naiknya bahan bakar minyak (BBM) non subsidi.
Disaat yang sama presiden sedang menghambur-hamburkan uang negara dengan menyewa 1000 mobil Alphard untuk perayaan HUT RI ke IKN nanti. Kondisi ini tentu menambah luka di hati masyarakat.
Dilansir dari Liputan6.com, PT Pertamina Patra Niaga baru saja menaikkan harga BBM non subsidi jenis pertamax di seluruh SPBU Pertamina pada Sabtu 10 Agustus 2024.
Kenaikan harga Pertamax ini mengikuti Pertamax Turbo yang lebih dulu naik di awal bulan. Kenaikannya dari Rp 12.950 menjadi Rp 13.700 per liter (harga untuk wilayah PBBKB 5%), jadi naik Rp 750 per liter.
Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Heppy Wulansari mengatakan, seperti badan usaha lainnya, Pertamina juga melakukan penyesuaian harga BBM non subsidi. Penyesuaian dilakukan secara bertahap.
Heppy juga menjelaskan harga pertamax naik karena Pertamina mengacu pada tren harga rata-rata publikasi minyak dunia (Indonesian Crude Oil Price) dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, Sabtu 10 Agustus 2024 (Kompas, 10/08/2024).
Akibat Liberalisasi SDA
Naiknya harga BBM di tengah kondisi kehidupan masyarakat yang serba sulit hari ini tentu menambah beban berat kehidupan mereka. Saat pengeluaran semakin besar karena berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi dibandrol dengan harga tinggi seperti bahan pokok, pendidikan dan kesehatan, kini ditambah dengan naiknya harga BBM non subsidi. Wajar saja banyak masyarakat yang mengeluhkan kebijakan ini.
Kenaikan harga BBM ibarat "kado pahit" HUT RI dari pemerintah untuk masyarakat. Harapan kehidupan yang sejahtera di 79 tahun kemerdekaan negeri ini semakin buram, karena faktanya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah semakin menambah kesengsaraan masyarakat. Himpitan ekonomi semakin besar karena biaya hidup masyarakat semakin mahal.
Alasan naiknya harga BBM non subsidi, karena mengikuti harga rata-rata minyak dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, sebenarnya merupakan alasan klise yang selalu dilemparkan kepada masyarakat. Keterikatan terhadap harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah merupakan akibat dari penerapan sistem kapitalisme sekuler yang diterapkan oleh negara saat ini. Keterikatan ini juga menunjukkan bahwa negara Indonesia belum sepenuhnya merdeka, masih terikat dan terjerat dengan kebijakan pihak lain.
Disamping itu minyak bumi yang dikelola oleh pihak swasta baik asing ataupun pengusaha lokal (para kapital), adalah bentuk liberalisasi Sumber Daya Alam (SDA) yang kini semakin mencengkeram di negeri ini dengan berbagai regulasi yang telah dibuat seperti UU Minerba, dan lain sebagainya. Penguasaan minyak bumi oleh swasta hanya akan merugikan masyarakat sebagai pemilik hakiki SDA tersebut. Karena masyarakat menjadi sulit memanfaatkannya akibat penjualan BBM ini ditarif dengan harga yang tinggi, sebab perusahaan tentu mengambil untung dari penjualan BBM-nya.
Minyak Bumi Milik Rakyat
Begitulah fakta pengelolaan SDA dalam sistem kapitalisme sekuler. Berbeda dengan sistem Islam. Islam sebagai agama dan pandangan hidup yang diturunkan oleh Allah Ta'ala, ternyata secara sempurna mengatur setiap aspek kehidupan mulai dari ibadah, akhlak hingga pengelolaan SDA. Allah Ta'ala telah menetapkan bahwa SDA termasuk minyak bumi yang menghasilkan BBM adalah kepemilikan umum bagi kaum muslim dan masyarakat.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, "Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal yaitu padang rumput, air, dan api." (HR Abu Dawud dan Ahmad)
Minyak bumi termasuk ke dalam kategori api. Sebagaimana SDA lainnya yang depositnya melimpah, pengelolaannya dari hulu hingga hilir wajib dilaksanakan oleh negara. Sebab negara dalam Islam adalah institusi yang mengurus (ri'ayah) setiap urusan rakyatnya. Kepala negara ibarat penggembala yang wajib mengurus gembalanya (rakyat). Paradigma ini jauh berbeda dengan sistem hari ini yang memposisikan negara hanya sebagai regulator saja.
Ketika BBM dikelola oleh negara, maka BBM akan diberikan kepada masyarakat dengan harga yang sangat terjangkau, karena negara tidak mengambil untung hanya sekedar mengembalikan biaya produksi saja. Di sisi lain, sebagai negara yang independen, tidak ada intervensi dari negara lainnya, harga minyak dunia dan nilai tukar tidak akan mempengaruhi harga BBM, negara akan menjaga kestabilan harganya sehingga rakyat tidak menderita.
Negara dalam sistem Islam akan berusaha sungguh-sungguh mengelola SDA dengan peralatan yang canggih, dilakukan oleh tenaga ahli baik lokal atau mempekerjakan tenaga dari luar, untuk menghasilkan BBM kualitas terbaik denga harga murah. Semua ini dilandasi oleh akidah Islam. Wallahu a'lam bishawab. ***

Imbas PPN Naik, Pemerintah Beri Diskon Listrik 50 Persen Selama 2 Bulan

Mahasiswa KKN MBKM FISIP UNRI Ubah Limbah Minyak Menjadi Lilin Wangi di Desa Rawa Mekar Jaya

Mahasiswa UNRI Sukses Sosialisasikan Inovasi Lilin Aromaterapi dari Minyak Jelantah di Desa Bandar Sungai

Pengibaran Bendera Raksasa di Politeknik Caltex Riau

Wakil Ketua DPRD Pekanbaru Ajak Masyarakat Meriahkan HUT Ke-79 RI
