Kisah Juraij dan Wanita Pelacur

Rio Agusri - Sabtu, 28 Desember 2024 06:16 WIB
Kisah Juraij dan Wanita Pelacur
Ilustrasi (Foto int)
datanews.id - Suatu kisah yang mungkin telah akrab di telinga sebagian pembaca. Kisah tentang Juraij, sosok pemuda shalih dari kalangan bani Israil yang menjadi buah bibir kaumnya karena ketaatannya. Suatu ketika, saat Juraij sedang shalat di dalam mihrab, ibundanya memanggil. Hati pemuda ni pun berbisik penuh kebimbangan, "Ya Allah, manakah yang harus kupilih, shalatku ataukah menjawab panggilan ibuku?" Ia pun memilih untuk meneruskan shalatnya. Kejadian serupa terulang keesokan harinya. Rupannya sikap Juraij yang tidak menjawab panggilan ibundanya, membuat sang Ibu kecewa dan marah. Akhirnya terucaplah sebait doa dari kedua bibirnya, "Ya Allah, jangan kau wafatkkan Juraij sebelum ia bertemu dengan wanita pezina". Doa sang Ibu menjadi kenyataan, Juraij dituduh berzina dengan seorang pelacur hingga si wanita melahirkan bayi.

Hanya saja kuasa Allah membuat sang bayi mampu berbicara dan menjelaskan siapa sebenarnya ayah sang bayi. Juraij pun terbebas dari tuduhan berzina.

Penuturan kisah diatas menunjukkan betapa penting memperhatikan orang tua. Hanya tidak menjawab penggilan ibundanya saja sudah demikan akibatnya. Apalagi dengan 'uquuqul walidain (durhaka kepada orang tua) yang banyak menyentuh keseharian manusia. Jelas sekali, uquuqul walidain merupakan akhlak tercela yang berseberangan dengan jiwa Islam. Islam dengan lantang mengumandangkan birrul walidain (berbakti kepada orang tua) sebagai akhlak mulia. Islam dengan gamblang menjelaskan tentang agungnya hak kedua orang tua, kebesaran derajat dan luhurnya martabat mereka. Perintah yang tergurat secara tegas untuk berbakti kepada kedua orang tua serta larangan keras mendurhakai mereka berulang-ulang diulas dalam Kitabullah dan diperinci lebih dalam di sunnah Rasullullah Shallallahu 'alaihi wa sallam

Kiranya, betapapun Islam telah memahatkan keagungan pada kedudukan orangtua, tetap saja fenomena uquuqul walidain ini bergulir, semakin menyebar dan menjelajah dalam denyut kehidupan. Manusia semakin jauh dari tuntunan yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Budaya Barat yang jelas-jelas menyelisihi etika Islam menjadi sandaran banyak orang.

Teladan Salafush Shalih yang mengukir sejarah kehidupan di atas pendar cahaya keimanan menjadi hal asing dan tak dikenal.

Pembahasan masalah uquuqul walidain ini sangat perlu untuk diketengahkan, agar kita dapat menjauhinya, dan sebagai peringatan bagi orang-orang yang terjerumus pada perbuatan dosa besar ini agar segera bertaubat dari kesalahannya, Kesalahan bukan hal paten yang tidak bisa diubah dan dikoreksi, dan koreksi atas sebentuk kesalahan adalah sebuah kemungkinan. Karena manusia selalu berubah. Dan tidak ada perubahan yang diharapkan kecuali ke arah yang lebih baik. Perubahan merupakan dinamika kehidupan manusia sebagai sunnahtullah yang berlaku bagi hamba-Nya.

Jika saja seorang hamba mau meniti jalan yang mengantarkan mereka kepada sebaris solusi dari sekerat permasalahan, sebagaimana firman Allah Ta'ala

إِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri [Ar Ra'du/13 : 11].

Dan juga sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :

إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ وَ إِنَّمَا الْحِلْمُ بِالتَّجَلُّمِ، وَ مَنْ يَتَحَرَّ الْخَيْرَ يُعْطِهِ، وَ مَنْ يَتَوَقَّ الشَّرَّ يُوْقَ

"Sesungguhnya ilmu didapatkan melalui belajar, sikap santun diperoleh melalui berlatih, barangsiapa bersungguh-sungguh mencari kebaikan niscaya akan diberi, dan barang siapa menjaga diri dari kejelekan niscaya akan dijaga". [Dikeluarkan oleh Al Khatib dalam tarikhnya 9/127 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albany dalam Ash shahihah (342)]

Defenisi Uquuqul Walidain
Al- 'uquuq (durhaka) adalah lawan kata dari al- birr (berbuat baik). Ibnu al- Manzhur berkata: mendurhakai bapak artinya keluar dari ketaatan kepadanya, mendurhakai orang tua berarti memutuskan hubungan dengan mereka dan tidak menjalin kasih sayang kepada mereka" [Lisanul Arab10/256]

Ia juga berkata: "dan di dalam hadits, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang mendurhakai para ibu, dan al-' uquuq adalah lawan dari al-birr. Makna asal kata al-uquuq adalah asy-syaqq ( membelah) dan al-qath'u (memotong/memutuskan)" [Lisanul Arab 10/257]

Celaan Untuk Uquuqul Walidain
Uquuqul walidain merupakan satu dosa besar diantara daftar dosa –dosa besar yang lain. Larangan uquuqul walidain menyertai larangan berbuat syirik kepada Allah. Uququl Walidain dapat mengakibatkan turunnya adzab bagi pelakunya di dunia, dan merupakan sebab tertolaknya amalan dan salah satu sebab masuk neraka. Uquuqul walidain merupakan sikap pengingkaran terhadap keutamaan dan kebaikan, semacam indikasi kedunguan hati dan bentuk kebodohan perilaku serta gejala kekerdilan jiwa.

Hal tersebut terpatri pada pelaku uquuqul walidain, tidak lain karena hak orang tua yang sedemikian unggul, dan kedudukan mereka yang begitu tinggi. Berbuat baik kepada keduanya merupakan amalan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah, amalan paling utama dan amalan yang paling dicintai oleh Allah. Perintah birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua) menyertai perintah untuk bertauhid kepada Allah, dan merupakan sebab masuknya seseorang ke surga. Fitrah manusia secara konvensi mengakui wajibnya birrul walidain dan dipertegas lagi dengan syariat samawi yang menyepakatinya.

Birrul walidain merupakan akhlak para nabi, kebiasaan orang-orang salih, satu sebab bertambahnya umur, keluasan rizki, terbebas dari kesusahan, terkabulnya doa, kebaikan hidup, serta sebab bagi baiknya seorang anak dan keshalihannya. Birrul walidain merupakan pembuktian atas benarnya keimanan seseorang, kemuliaan jiwa dan kesempurnaan loyalitas.

Di dalam Al-Qur'an banyak disebut tentang hak-hak orangtua dan perintah untuk berbakti kepada keduanya serta melarang mendurhakai mereka. Allah ta'ala telah menempatkan hak orangtua setelah hak-Nya dalam banyak ayat.

Firman Allah 'Azza wa Jalla.

وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukannya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak. [An-Nisaa/4 : 36]

Dan firmanNya.

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَاحَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Katakanlah:"Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabbmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua. [Al-An'am/6 : 151]

Lalu firmanNya yang lain

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلآ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَتَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapakanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan" ucapkanlah: "Wahai Tuhanku kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. [Al-Isra/17 : 23-24]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun telah menjelaskan perintah birrul walidain secara gamblang, dan melarang mendurhakai mereka dalam banyak hadits, diantaranya adalah riwayat Ibnu Mas'ud Radhiallahu 'anhu, ia berkata:

سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم :أَيُّ عَمَلٍ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا. قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ .قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: اَلْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

Aku bertanya kepada Rasulullah n :"Amalan apakah yang paling dicintai Allah Ta'ala? Beliau menjawab:"Shalat pada waktunya, " Aku bertanya " Kemudian apalagi?" Beliau menjawab:"Berbakti kepada kedua orangtua" Aku bertanya:"Kemudian apalagi?" Beliau menjawab:" Jihad fi sabilillah" [Al Bukhari /527, dan Muslim/85]

Dan juga riwayat lain dari sahabat Abdullah bin Al 'Ash Radiallahu anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda :

اَلْكَبَائِرُ : الإشْرَاكُ بالله وَ عُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ وَ قَتْلُ النَّفْسِ وَ الْيَمِيْنُ الْغَمُوْسُ

Dosa-dosa besar (diantaranya adalah):berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada orangtua, membunuh jiwa dan sumpah palsu. [Al Bukhari 6675].

Jenis-Jenis Uquuqul Walidain

SHARE:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru