Kisah Juraij dan Wanita Pelacur
Rio Agusri - Sabtu, 28 Desember 2024 06:16 WIB

Ilustrasi (Foto int)
Uquuqul walidain memiliki banyak bentuk dan beragam jenisnya, antara lain:
Membuat keduanya menangis baik dengan perbuatan ataupun ucapan.
Menghardik keduanya dengan menyemburkan kata keras dan kasar, berseru "ah" dan berkeluh kesah saat diperintah keduanya Allah Ta'ala berfirman. فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ "Maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"[Al-Isra/17 : 23]
Bermuka masam dan mengerutkan kening dihadapan mereka.
Memandang dengan pandangan marah dan merendahkan, memalingkan muka, memotong pembicaraan, mendustai serta membantah ketika mereka berbicara
Tidak membantu pekerjaan rumah orangtua, bahkan memerintah mereka seperti layaknya pembantu; seperti memerintah ibu menyapu rumah, mencuci baju atau pun menyiapkan makanan. Perilaku seperti ini tidak boleh dilakukan terutama jika sang ibu telah lemah dan sakit. Adapun jika sang ibu melakukannya dengan senang hati (bukan karena perintah anak) maka hal ini boleh saja, dengan rasa terimakasih kepadanya dan tetap mendoakannya.
Mengkritik makanan buatan ibu. Dalam hal ini ada dua larangan, pertama larangan mencela makanan karena Rasulullah tidak pernah mencela makanan sedikitpun, jika beliau suka beliau makan dan jika beliau tidak suka beliau tidak memakannya. Kedua, kritikan terhadap masakan ibu menunjukkan minimnya adab anak kepada ibu.
Tidak menganggap dan tidak menghargai pendapat mereka.
Tidak minta izin saat masuk menemui mereka.
Memancing masalah di depan mereka dan menjatuhkannya dalam lubang kesulitan.
Memercikkan caci maki, laknat, dan celaan terhadap orang tua di hadapan orang banyak, membeberkan aib dan mencemarkan nama baik mereka dengan cara melakukan perbuatan hina yang menghilangkan kemuliaan dan kewibawaan.
Membawa kemungkaran-kemungkaran ke rumah dan melakukannya dihadapan mereka.
Membebani mereka dengan segunung permintaan.
Mendahulukan ketaatan kepada istri daripada ketaatan kepada orangtua (untuk laki-laki), adapun wanita yang telah bersuami, maka ketaatan kepada suami wajib diutamakan daripada ketaatan kepada orangtua.
Meninggalkan mereka di saat mereka membutuhkan (misal dengan menitipkan di panti jompo).
Berlepas diri dari mereka, merasa malu jika menyebut dan menisbatkan diri kepada mereka
Menganiaya, memukul, mendiamkan dan menasehati mereka dengan cara yang tidak baik ketika mereka terlibat dalam kemaksiatan
Bakhil, kikir mengungkit-ungkit dan menghitung-hitung pemberian dan bantuan yang diberikan kepada mereka
Mencuri harta orangua.
Mengharapkan kematian orangtua atau pun membunuh mereka agar terbebas dari mereka.
Sebab-Sebab Uquuqul Walidain
Ketidaktahuan akan adanya adzab bagi orang yang melakukan dosa tersebut serta (ketidak tahuan akan) adanya pahala bagi mereka yang berbakti kepada orangtua.
Pendidikan yang buruk. Orang tua tidak mendidik anak di garis ketaqwaan, kebaikan, menyambung tali silaturahmi, serta jalan-jalan keluhuran, sehingga menggiring anak kepada uquuqul walidain.
Adanya kontradiksi ucapan dan perbuatan orangtua yang menyebabkan ketidak selarasan antara anak dan orangtua. Orangtua memerintah anak dengan suatu perintah sementara mereka sendiri tidak melaksanakan perintah tersebut atau bahkan melakukan hal yang bertentangan. Padahal dalam konteks pendidikan islami, konsistensi (keistiqomahan) orangtua dalam menjalankan syariat merupakan satu faktor penting bagi keberhasilan pendidikan anak dan pembentukan kepribadian mereka. Anak memiliki potensi besar untuk mencontoh.apa yang mereka lihat dan mereka dengar.
Perlakuan buruk orang tua terhadap anak.
Kedurhakaan orang tua kepada orang tua mereka sendiri. Ini adalah faktor penyebab yang paling banyak terjadi. Jika seseorang mendurhakai orang tuanya maka ia akan dibalas dengan kedurhakaan anaknya sendiri kepadanya, karena dua alasan, pertama: karena anaknya mencontoh perbuatannya tersebut, kedua: balasan suatu perbuatan adalah sebanding dengan perbuatan tersebut.
Minimnya ketaqwaan orang tua saat terjadi perceraian. Tidak selamanya konflik rumah tangga dapat terselesaikan dengan baik. Tak jarang sebuah konflik berakhir dengan perceraian. Terkadang pula perceraian tersebut berlangsung dengan cara yang tidak baik. Tatkala anak-anak berada bersama ibu, sang ibu membeberkan aib sang ayah kepada anak-anaknya dan menghasut mereka untuk menjauhi dan mendiamkan sang ayah. Demikian halnya yang dilakukan oleh sang ayah ketika anak-anak mengunjunginya. Disadari atau tidak hal ini akan mendorong anak untuk mendurhakai keduanya.
SHARE:
Tags
Berita Terkait

Ibu Profesional Aceh Gelar Mini Workshop Fotografi

Ibu Profesional Aceh Gelar Pelatihan Public Speaking

Untukmu Para Perokok

Bolehkah Wanita Memendekkan Rambutnya ?

Harum, Tapi Haram Bagi Wanita

Jangan Mendo'akan Keburukan Terhadap Anak
Komentar