Kepribadian Ganda

Katakan pada saya, duhai orang yang dijadikan teladan, apakah istiqomah itu hanya sekedar penampilan luar? Ataukah hanya hubungan manis bersama segelintir orang saja? Atau istiqomah itu mengharuskan dirimu mempergauli orang lain dengan cara yang baik, pada tiap keadaan dan waktu? Di dalam sebuah hadits yang shahih, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- : « أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ اَلْجَنَّةَ تَقْوى اَللَّهِ وَحُسْنُ اَلْخُلُقِ» [ أخرجه الترمذي وابن ماجة]
"Perkara terbesar yang akan memasukan seseorang kedalam surga adalah bertakwa dan berakhlak mulia". HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Imam Ibnu Qoyim mengatakan didalam kitabnya al-Fawaid, ketika mengomentari hadits diatas: 'Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam menggabungkan didalam hadits ini, antara ketakwaan kepada Allah dan akhlak yang mulia, karena ketakwaan kepada Allah akan memperbaiki hubungan seorang hamba bersama Rabbnya. Sedangkan akhlak yang mulia akan memperbaiki hubungan seorang hamba bersama makhlukNya. Maka takwa kepada Allah mengharuskan dirinya mencintai Allah, adapun akhlak yang mulia menjadikan orang lain menyukai dirinya'.
Maka harus dicatat, karena disini ada perkara yang tercampur pemahamannya oleh kebanyakan orang, mungkin karena memang tidak tahu, dan ini kebanyakan mereka. Atau dirinya mempunyai tujuan jelek yang tersimpan didalam hati, dan jenis ini jumlahnya sedikit, insya Allah.
Para pembaca yang budiman, kalau sebagian kaum muslimin ada yang menanggalkan akhlaknya dan prinsip dasar ajarannya maka bukan berarti kita menuduh agama Islam, atau mulai ragu untuk berpegang dengan ajaran dan syari'atnya. Kalau demikian apa maknanya kita menghukumi orang sebagai muslim dan membenarkan ajaran Islam, sedangkan mereka mempunyai sifat berlebihan, menyeleweng, kasar, kurang ajar, dan berperangai buruk, hanya karena sekedar menisbatkan ke Islam akan tetapi mereka salah didalam tingkah laku, dan ucapannya atau dirinya hanya menyematkan pakaian kejujuran.
Sesungguhnya termasuk jenis kedhaliman yang paling jelek adalah seseorang mengambil kesalahan orang lain sebagai senjata, sedangkan Allah Azza wa jalla berfirman:
قال الله تعالى:﴿وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى﴾[الإسراء: 15]
"Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain". [al-Israa'/17: 15].
Dimana sikap inshaf dan adil? Sedangkan Allah Azza wa jalla berfirman:
قال الله تعالى:﴿وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ٨﴾[المائدة: 8]
"Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". [al-Maa'idah/5: 8].
Kenapa kita terlalu cepat menghukumi semua orang serta mengatakan kesalahan secara umum pada mereka hanya sekedar kesalahan yang dilakukan oleh individu? Lantas dimana mereka-mereka, barangkali ratusan atau ribuan dari kalangan kaum muslimin dan muslimat, yang tetap teguh dan mulia bersama akhlak dan jiwanya.
Kita semua tidak bisa memungkiri adanya jumlah yang sangat banyak, orang-orang yang masih mempunyai hati nurani yang bersih dan indah, yang tergambar dalam ucapan mereka, sanubari yang tenang dengan tingkah laku yang luhur, hati yang suci, tangan yang bersih dan lisan yang terjaga, mereka barengi ilmu yang diiringi bersama amalan, karena cinta agama dan negerinya.
Kenapa seringkali kita menutup mata terhadap mereka, tidak menyebut dan mencuatkan dalam publik tentang kemulian mereka? Kenapa hanya memandang dengan sebelah mata tentang keberadaan mereka, lalu menyoroti kesalahan yang ada dan membesar-besarkanya yang ada pada sebagaian orang?
Lihat pada dirimu, engkau seringkali mengadu keberadaan mereka, bukankah engkau juga seorang muslim? Tidakkah engkau juga pernah berbuat kesalahan? Berbuat kekeliruan? Maka bisa jadi orang lain juga mengeluhkan dirimu, engkau mengeluh mereka juga mengeluhkanmu.
Akan tetapi, betapa indahnya kalau sekiranya kita bisa saling memberi udzur satu sama lain, memberi ma'af atas kesalahan dan kekeliruan orang lain lalu menutupinya dan mencuatkan kebaikannya. Dengan adanya saling menasehati dan mema'afkan bisa memadamkan api permusuhan dan perselisihan.
Perlakukan orang lain, sebagai insan yang mempunyai kesalahan dan kebenaran, tutup matamu dan berlaku wajar lalu sabarlah. Bukan orang yang pandir yang tidak tahu siapa pemimpin kaumnya, namun pemimpin itu yang pura-pura tidak mengetahui.
Engkau bisa bayangkan kalau seandainya dirimu melihat lingkungan berada dalam makna yang indah ini, dan itu merupakan budi pekerti yang paling mulia, jika dirimu enggan untuk itu, maka tuduhlah orang yang melakukan kesalahan tersebut jangan kamu hukumi secara umum, lalu bertakwalah kepada Allah, karena balasan itu sesuai dengan amal perbuatan, dan sebagaimana engkau beragama maka itulah agama.
Sumber: almanhaj.or.id