Petunjuk Nabi Dalam Menyebarkan Berita

Oleh : Ustadz Nur Kholis bin Kurdian Lc
Rio Agusri - Selasa, 13 Februari 2024 17:40 WIB
Petunjuk Nabi Dalam Menyebarkan Berita
Ilustrasi (foto int)

datanews.id -Di era globalisasi ini, dunia betul-betul terasa kecil seperti bola. Berita dari ujung dunia dalam hitungan detik dapat disebarkan ke seluruh penjuru, melalui situs-situs internet maupun jejaring sosial. Akan tetapi, tidak semua berita yang disebar tersebut benar dan baik untuk dikonsumsi masyarakat. Terkadang berita itu bohong belaka, mengandung unsur fitnah dan hasutan, dan ada pula yang membuat kerdil hati kaum Muslimin. Amat disayangkan, ada di antara pengguna dari kaum Muslimin yang mudah mengutip dan menyebarkannya kepada yang lain, tanpa memperhatikan kebenaran dan madharat sebuah berita. Tulisan ini akan membahas etika-etika yang seharusnya dilakukan oleh seorang Muslim dalam menyebarkan berita berdasarkan petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.


JANGAN MUDAH MENYEBARKAN SETIAP BERITA
Hendaknya seorang Muslim berhati-hati dalam berbicara dan berbuat, jangan mudah menyebarkan setiap berita yang didengar atau yang dibaca, tanpa mengetahui kebenarannya, karena perbuatan tersebut madharatnya lebih besar dan tercela. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam menyebut orang yang seperti itu dengan sebutan pendusta dalam hadits.

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Cukup seseorang itu dikatakan pendusta jika ia mudah menyebarkan setiap berita yang ia dengar. [Shahih Muslim no.4]

Disamping perbuatan tersebut menyebabkan si pelaku mendapatkan predikat pendusta, hal itu juga merupakan sebuah perbuatan yang juga dibenci oleh Allah Azza wa Jalla, karena masuk dalam penyebaran desas-desus. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

إِنِّ اللهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثاٌ : قِيلَ وَقَالَ ، وَإِضَاعَةَ المَالِ ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla membenci tiga perkara : menyebarkan desas-desus, menghambur-hamburkan harta, banyak pertanyaan yang tujuannya untuk menyelisihi jawabannya. [Shahih al-Bukhari no. 1477, Lihat Shahih Muslim no. 1715]


LAKUKAN KLARIFIKASI TERLEBIH DULU
Seorang Muslim jika ingin menyebarkan suatu berita, hendaknya ia mengecek kembali kebenarannya sebelum menyebarkannya. Mungkin saja, berita tersebut bersumber dari orang fasik atau pendusta atau musuh Islam atau sekedar dugaan belaka, yang efek negatifnya mungkin bisa merugikan si penyebar berita itu sendiri atau kaum Muslimin.

Abu Mas'ud Radhiyallahu anhu pernah ditanya, "Apa yang pernah engkau dengarkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang prasangka atau dugaan?. Ia menjawab, "Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

بِئْسَ مَطِيَّةُ الرَّجُلِ زَعَمُوا

Dugaan-dugaan adalah sejelek-jelek sandaran seseorang.[Sunan Abu Dawud no. 4972. Hadits Shahih lihat Ash-Shahihah no.866]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena kebodohanmu, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.[Al-Hujurat/49:6]

SHARE:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru