Meninggalkan Maksiat Karena Allah

Oleh : Dr. Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Penerjemah Muhammad Iqbal A. Gazali
Rio Agusri - Sabtu, 02 Maret 2024 17:00 WIB
Meninggalkan Maksiat Karena Allah
Ilustrasi (foto int)

datanews.id -Segala puji bagi Allah semata, kita memuji, memohon pertolongan, dan ampunan kepada -Nya. Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'aladari kejahatan diri kita dan keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan petunjuk kepadanya maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, tiada sekutu bagi -Nya, dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul -Nya. Semoga rahmat dan kesejahteraan Allah Subhanahu wa Ta'ala selalu tercurah kepadanya serta keluarganya. Wa Ba'du.


Sesungguhnya nafsu syahwat mempunyai kekuatan terhadap jiwa, kekuasaan dan keteguhan terhadap hati, karena sebab itu maka meninggalkannya sangat berat dan berlepas diri darinya teramat susah. Akan tetapi orang yang bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala tentu Dia menjaganya dan barangsiapa yang memohon pertolongan kepada -Nya niscaya Dia menolongnya.


وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ


Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.. [ath-Thalaq/65:3]


Sesungguhnya orang yang meninggalkan kesenangan dan kebiasaan bukan karena Allah Subhanahu wa Ta'ala tentu akan mendapatkan kesusahan luar biasa, sebaliknya orang yang meninggalkannya ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka ia tidak merasakan susah dalam meninggalkannya kecuali di saat yang pertama, untuk diuji apakah dia benar dalam meninggalkannya atau dusta. Jika ia sabar di atas sedikit kesusahan niscaya berubah menjadi kenikmatan. Setiap kali bertambah keterasingan pada yang diharamkan dan jiwa merasa ingin melakukannya serta banyak sekali penggoda untuk terjerumus di dalamnya niscaya bertambah besar pahala dalam meninggalkannya dan berlipat ganda ganjaran dalam melawan hawa nafsu untuk berlepas diri darinya.


Kecenderungan tabiat manusia kepada nafsu syahwat tidak bertentangan dengan sifat taqwa, apabila ia tidak melakukannya dan selalau melawan hawa nafsunya untuk membencinya, bahkan hal itu termasuk jihad dan bagian dari taqwa. Kemudian, sesungguhnya orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala menggantikan untuknya yang lebih baik darinya. Dan gantian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala ada beraneka ragam, dan yang terbesar adalah : Jinak kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, mencintai -Nya, ketenangan hati dengan berzikir kepada-Nya, kekuatan dan ridhanya kepada Rabb-nya, diserta balasan selagi masih di dunia, ditambah balasan yang sempurna di akhirat. Berikut ini adalah beberapa contoh balasan lebih baik yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada orang yang meninggalkan maksiat karena Allah Subhanahu wa Ta'ala:


Barangsiapa yang meninggalkan meminta-minta, berharap banyak dan menumpahkan air mata di hadapan manusia, dan dia menggantungkan harapannya hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala menggantikan yang lebih baik dari yang dia tinggalkan. Maka Dia memberikan kepadanya kemerdekaan hati, kemuliaan jiwa, dan tidak berharap dari makhluk.


وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ وَمْن يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ


"Barangsiapa yang berusaha sabar niscaya Allah Subhanahu wa Ta'alamemberikan kesabaran kepadanya, dan barangsiapa menahan diri (dari meminta-minta) niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala mencukupkannya."


Barangsiapa yang tidak menentang taqdir Allah Subhanahu wa Ta'ala, lalu ia menyerahkan semua urusannya kepada Rabb-nya, pasti Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan sifat ridha dan yaqin, dan saya meyakini bahwa ia termasuk akhir yang baik yang tidak terlintas di hati.

Barangsiapa yang tidak pergi kepada peramal dan tukang sihir niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kesabaran kepadanya, bertawakal secara benar dan merealisasikan tauhid.

Barangsiapa yang tidak bergelimang di atas dunia, pasti Allah Subhanahu wa Ta'ala mengumpulkan perkaranya, memberikan kekayaan di dalam hatinya, dan dunia datang kepadanya sedangkan dia tidak terlalu berharap.

Barangsiapa yang tidak takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan rasa takut, niscaya dia selamat dari segala ilusi dan Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan rasa aman kepadanya dari segala sesuatu, maka segala rasa takutnya menjadi rasa aman, dingin dan kesejahteraan.

Barangsiapa yang meninggalkan dusta dan selalu jujur dalam segala hal niscaya ia diberi petunjuk kepada kebaikan dan dia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala termasuk orang yang shiddiq (jujur), diberikan lisan (sebutan) yang benar di antara manusia, maka mereka menjadikannya pemimpin, memuliakan, dan mendengarkan ucapannya.

Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan, sekalipun dia benar niscaya diberikan jaminan untuknya rumah di pinggiran surga, selamat dari pertengkaran, terjaga di atas kebersihan hatinya dan selamat dari terbuka aibnya.

Barangsiapa yang tidak menipu dalam jual beli niscaya bertambah kepercayaan manusia kepadanya dan banyak yang mencari barangnya.

SHARE:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru